Rabu, 25 Maret 2009

Di batas Langkah

Senja terhuyung mengusung langkah
Menghampiri kaki langit, merebahkan nafas sisa
kebisuan terserak sekarat
Hanya tersisa sepi nan memenggal hari

Pandang mata sukmaku nan nanar
Menyeruak dinginnya kalbu bisu
Raga terpasung patahan asa
Meronta di ujung sedu waktu

Bila sayap angin ku genggam di tanganku
Kan kucengkraman nafas waktu
Dan bila cakrawala tak terpasung mataku
Ku kan mampu menyibak tabir fana senja

Namun
Aku hanya lelana nan mengusung langkah kaki rapuhku
Aku hanya pengembara padang saba,
Nan berjalan mengayunkan langkah bayangku
Adakah ujung waktu, ku kan hentikan jalanku.

Dengan nafas terpasung raga lelah
Kuberteriak padamu wahai sang waktu..
Adakah batas langit,
kukan sandarkan jiwaku
Aku lelah ............

Di batas waktu,
Ku ingin akhiri langkah
Aku lelah ......

Kamis, 19 Maret 2009

PESAN SPIDER-MAN: INGAT TANGGUNG JAWABMU….!!!!

“Sebab hal Kerajaan Surga sama seperti seorang yang mau berpergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka .”

(Matius 25: 14)

Di benak anda masih ingatkah tentang film yang dibintangi oleh Tobey Maguire, “SPIDERMAN?” Bagi pribadi saya kepiawaian sang lakon berjumpalitan di banyak gedung, bukanlah yang paling menarik, bahkan nomor sekian. Toh.. Tarzan yang diperankan oleh Mandra pun juga bisa seperti itu. So… kalau begitu apaan yang menarik? Tobey Maguire sang Hero yang capek-capek meloncat-loncat, ternyata hanya di suruh mengusung satu pesan utama, “Semakin besar kekuatan, semakin berat tanggung jawab.” Itu menariknya,. Tidak sekedar mempertontonkan aksi hebat yang didemeni anak-anak kecil. Namun pesan hidup yang perlu kita simak sebagai kaum Kristiani yang tengah belajar tuk dewasa.,”TANGGUNG JAWAB…..!!! “

Allah yang yang kita sembah adalah Tuhan yang bertanggung jawab, anda pasti setuju? Tunggu….!! Dia ternyata juga menuntut kita menjadi insan yang bertanggung jawab lho…. Tuhan tidak pernah mengijinkan kita ceprot…. Lahir tanpa bekal apa-apa. . Dia tidk sembrono dan main tancap aja waktu nyuruh malaikat ngumumiin “halo… halo… si Parno Lahir…!!!” Kabar baiknya.. Tuhan telah menginstall TALENTA luar biasa waktu kita lahir ceprot. Apa pun anda menyebutnya: karunia, bakat, kemampuan alamiah, itu semua adalah talenta yang sudah Tuhan anugrahkan untuk kita. Tuh kan… buktinya Allah kita bertanggung jawab...

Sekali lagi…. Allah kita yang bertanggung jawab itu, juga menuntut kita bertanggung jawab. Tanggung jawab soal talenta kita tentunya. Apakah anda masih mengingat perumpamaan tentang talenta yang dibentangkan Tuhan Yesus. Coba kembali kita buka teks Matius 25: 14-30, “Sebab hal Kerajaan Surga sama seperti seorang yang mau berpergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka… .” Seterusnya kalau dilanjuti, saudara akan menyimak bagaimana sang Tuan memuji dua orang yang dititipin talenta (seorang dengan 2 talenta dan seorang 5 talenta), namun sebaliknya malah ngamuk-ngamuk kepada seorang yang punya 1 talenta. Bayangin apa nggak kasihan, Cuma 1 talenta diamuk lagi? Tunggu kita lihat dulu persoalannya? Apaan…? Bukan soal besarnya talenta dan hasilnya yang dilihat oleh sang tuan. Dia Tuan yang adil yang menyadari kemampuan anak buahnya. Tetapi soal tanggung jawab: mau menggunakan talenta dengan penuh tanggung jawab itulah yang Tuan nilai. Anda melihat kan 2 hamba bertanggung jawab, namun yang satu nyata ogkang-ongkang kaki, malasss……!!!

Sadar atau tidak,Tuhan sebenarnya menilai kita bukan pada seambrek bakat yang dimiliki dan tidak menghargai yang punya sedikit bakat. Toh… semuanya itu kasih karunia TITIK Tuhan menghargai seberapa kita bertanggung jawab terhadap talenta itu, bertanggung jawab menggunakan dan mengembangkannya untuk kerajaan ALLah. Bagi yang punya segudang bakat, inggat jangan berjumawa alias sombong, ingat tanggung jawabmu BESAR…!!! Bagi yang hanya bertalenta kecil, tidak menyolok, juga ingat…. Tidak usah minder, Tuhan tidak memandang rendah, Dia mau melihat tanggung jawab kita, Amin…?

Ingat kembali pesan Spiderman: Semakin besar kekuatan, semakin berat tanggung jawab.”

TANGGUNG JAWAB HIDUP = HIDUP YANG BERTANGGUNG JAWAB

“… supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah…, berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedkan manakah kehendak Allah..”

(Roma 12: 1-2)

Embah-embah Jawa doloe pernah mengatakan bahwa hidup ini seperti, “mampir ngombe?” (mampir minum). Komentar semacam itu sebenarnya mereka tautkan dengan begitu fana dan pendeknya hidup di dunia ini, “singkat, sekejap, bak orang mampir untuk minum aja?” benar memang hidup di dunia ini amat singat, syukur kalau anda dan saya berumur 70 atau 80 tahun, nah kalau umur-umur 30, nyawa kita sudah ditagih yang punya, mau nggak mau saya dan anda pasti berujar sama, “O… alangkah pendek hidup di bumi ini..!”

Saking singkatnya masa di dunia, banyak orang kadang menggunakan “Aji mumpung,” (menggunakan kesempatan) mumpung di dunia singkat, jadi harus dinikmati, bebas berbuat apa saja, dan yang penting happy melulu, masalah kelakuan kita benar atau tidak, itu nomor belakangan. Nah.. akhirnya kita mikir kan, kalau begitu apakah sebagai umat Kristiani kita juga harus menggunakan “aji mumpung” untuk berhore- ria dan tentunya tanpa kompromi dengan moralitas, spritualitas, dan tas….tas… lainnya? Saya akan menjawab “NO BESAR” alias “TIDAK.” So bagaimana…?

Batas kita tinggal di dunia boleh dibilang singkat, namun toh itu tidak berarti amoralitas harus dibudayakan segencar-gencarnya, karna sekali lagi “mumpung….!” Sadar atau tidak, bahwa justru waktu yang singkat ini sebenarnya kita dituntut untuk mengisinya sceara “BERTANGGUNG JAWAB..!” Berita terbarunya… tanggungg jawab tersebut suatu saat harus kita pertanggung jawabkan di hadapan Allah, tentunya sesudah ujung hidup kita alias sesudah mati. Jadi kalau begitu yang namanya hidup di dunia ini sebenarnya adalah tanggung jawab, setuju?

Surat Roma pasal 1-11, itu semua sedang ngomong masalah keselamatan yang kita peroleh sebagi umat Tuhan. Keselamatan tersebut bukanlah hasil perbuatan baik kita, No.. Gede bahwa amal, jasa, kebaikan kita seperti apa pun bisa nolong kita untuk selamat. keselamatan itu KASIH KARUNIA, yang namanya kasih karunia itu Gratis. Tunggu dulu..! dengar nasehat, C. S Lewis “kasih karunia itu memang gratis, tapi bukan murahan.” Jadi jangan padankan keselamatan sama seperti baju yang di diskon, murah..!! Konsekuensi keselamatan itu harus kita hargai, itu tanggung jawab kita selama hidup di dunia yang sebentar ini. Dengan apa? Paulus melanjutkan di pasal 12, wujud penghargaan itu adalah dengan hidup yang bertanggung jawab. lalu…. Bagaimana?

Pertama, dengan mempersembahkan tubuh kita. Kokh cuma tubuh, emang yang lain tidak penting? Konteks surat ini tidak lain adalah berita kepada jemaat di Roma. Roma merupakan kota metropolis tempo doloe yang punya seabrek budaya. Ternyata paham filsat Plato yaitu dualisme juga tidak ketinggalan merembes dalam budaya pikir bangsa Romawi. Dualisme Plato sangat menghargai aspek rohani, jiwa itu suci karena berasal dari pencipta. Sebaliknya Dualisme justru mencerca aspek fisik: Tubuh, sebagai sesuatu yang jahat, tidak kekal dan berdosa. Makanya bagi penganut paham itu tubuh bukakanlah suatu hal yang penting, bisa dipakai seenaknya : mau dipakai untuk mabuk-mabukan, seks bebas, berhomo seksual ria, dll. Paulus menyadari fakta ini, makanya dia dengan sangat keras menasehatkan bahwa bukan hanya jiwa kita yang harus dipersembahkan, tubuhpun harus dipersembakan kepada Allah. Pesan ini mengisyratkan supaya kita memandang tubuh dan roh sebagai suatu totalitas, kesatuan, yang sama-sama penting, keseluruhan hidup yang harus diberikan kepada Allah. Jadi di balik pesan ini, kita harus berkomitmen persembahkan totalitas, seluruh hidup kita kepada Allah.

Selanjutnya tidak hanya penyerahan totalitas hidup saja, kelakuan hidup yang bertanggung jawab juga tengah berbicara mengenai perubahan hidup. Hidup berubah itu kaya apa? Inilah dia, hidup yang tidak serupa dengan dunia. Dunia dalam konsep ini adalah dunia yang sudah bobrok oleh pengaruh iblis. Umat Allah dituntut untuk tidak menyerupai dengan kelakuan dunia. Sebaliknya berubah seturut kehendak Allah dan akhirnya secara ajeg mempraktikan hidup yang berkenan di hadapan Allah. Sampai di sini pasti jelas, “semakin singkat hidup, berarti pertanggung jawaban terhadap hidup semakin mendekat,” bagaimana kita?

MERAJUT ASA DITENGAH PUTUS ASA

Orang yang benar akan akan hidup oleh percayanya”

(Habakuk 2: 4)

Coba simak sebentar penuturan sang sopir angkot ini, “Hidup semakin ruwet..! Tinggi sekali setoran sehari, sementara BBM naik ngeri, penumpang jadi sepi, sedangkan sembako melompat tak peduli, tak ada harapan akhirnya diterima anak istri.” Kurang lebihnya seperti itulah penuturan dari sang sopir yang saya naiki…. Maksud saya angkotnya yang pernah saya naiki. Ekspresi sedih tanpa harapan bapak sopir tadi mungkin cocok menyuarkan batin banyak orang di jaman ini. Tatanan ekonomi nan ambruk, teriakan supaya nasib didengar …toh malah digubris dengan korupsi. Ruwet dan ribet pokoknya…!

Ruwet dan ribetnya jaman toh tidak bisa kita elak. Apakah saudara dan saya akan transmigrasi ke planet Mars? Kan tidak!, ongkos angkot ke Malang aja mahal, apalagi angkot ke Mars. Kita mau nggak mau hidup dalam jaman ini, beli beras di Bu beni, dan naik angkotnya pak Supri, yang nota bene-nya semakin hari semakin mahal, sementara penghasilan kita pas-pasan. Putus asa dan hilang harap mungkin yang tengah terjadi saat-saat ini. Kondisi tidak menyenangkan yang harus kita hadapi, dimana kita hidup. Lalu apakah kita akan larut dalam jaman putus asa ini? “TIDAK” itu jawabannya, lalu bagaimana?

Menyimak pergumulan nabi Habakuk akan menuntun kita menjawab pertanyaan di atas? Jaman yang di diami habakuk begitu ruwet, penindasan, kekerasan dan tanpa perasaan terjadi. Habakuk pernah mengeluh, “Berapa lama lagi aku berteriak, TUHAN, tetapi tidak Kau dengar, aku berseru kepada-Mu: “Penindasan! Tetapi tidak Kau tolong? (Hab. 1: 2). Rentetan cobaan yang di alami Habakuk dan bangsanya, mau nggak mau menyeret dalam putus asa dan memuntahkan keluhan tadi. Habakuk hidup benar, namun mengapa penindasan dari bangsa Kasdim nan kafir justru di persilahkan Allah?

Lebih lanjut, apakah sebenarnya Allah bungkam mulut seperti keluhan Habakuk? Diam diri saat saya dan anda berteriak-teriak kepada-Nya? TIDAK. Kalau TIDAK mengapa allah sepertinya berdiam diri? Nubuatan yang didengar Habakuk, pasti terjadi, itu artinya Allah mengijinkan ujian tersebut harus hadir, Tapi toh hal itu pun bukanlah tanpa maksud. Ujian terjadi, namun pernyertaan Allah tetap.

Allah sedang mengajar Habakuk dan umat lain untuk bergantung total pada-Nya dan bukanya bergantung pada kekuatan mereka. Kenapa kita disebut orang benar? Karena kita percaya pada kebenaran. Kebenaran itu adalah Allah yang membenarkan kita sehingga kita disebut orang benar. Kita benar bukan karena kita benar, tapi dibenarkan. Kita harus senantiasa bergantung kepada yang membenarkan kita, yaitu Allah. Pemahaman ini akan menuntun kita untuk menyingkapi segala kondisi dalam perspektif Allah dan bukan prsepktif manusia lemah kita. Bila kita memahami dalam pemahaman Allah, kita tetap mampu merajut asa meski dunia putus asa. Di babak akhir, Habakuk berseru, “sekalipun pohon ara tidak berbuah dan hasil zaitun mengecewakan, aku tetap beria-ria di dalam Tuhan. (Hab 3: 18). Allah punya rencana tersendiri
untuk kita, mari kita bepegang pada-Nya selalu.

MANUSIA YANG MANUSIAWI

“..kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu… kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

(Matius 22: 37, 39)

Dalam karyanya, “On Being a Christian” Hans kung mengungkap, “ Mengapa menjadi Kristen? Mengapa tidak berusaha sungguh manusiawi? Kesimpulannya: hanya orang Kristen sejati saja yang bisa menjadi sungguh manusiawi.” Tak pelak lagi bahwa sebenarnya kekristenan mengajar manusia menjadi manusia yang sejati, manusia yang manusiawi. Pendeknya: seorang Kristen sejati berarti seseorang yang manusiawi

Anda dan saya pasti bermufakat bahwa menyangkut hal “manusiawi,” mengarah telak pada kharakter khas yang dimiliki manusia: MORAL dan RASIONAL. Bebek ,macan dan grupnya tidak memiliki itu, makanya mereka bukan makhluk yang manusiawi, mereka adalah makhluk “binatangi.” Tapi toh nyatanya saudara sering mendengar si Parno mengumpat “Dasar tidak manusiawi….!!” Siapa yang diumpat kayak begitu? Yang jelas bukan bebeknya bang Dul kan?, tapi ternyata Si Dul sendiri yang berkelakuan kelewat batas. Itu apa artinya? Artinya: banyak orang atau manusia yang berlaku tidak manusiawi: tidak bermoral cerah dan berpikiran salah kaprah. Toh… bukankah itu kenyataan dunia? YA..! Tetapi sebagai umat Kristiani kita harus bilang TIDAK untuk nimbrung!

Tunggu dulu..!!! Kalau begitu, harus bagaimana menjadi manusia yang manusiawi? Lho… kan udah dibilang dari tadi “Dengan menjadi Kristen yang sejati dong…! Yang belum dong … di sini (dong dlm bhs jawa: belum paham) adalah bagaimana menjadi Kristen yang sejati itu? Guru Agung kita, Tuhan Yesus Kristus, bertutur “..kasihilah Tuhan, Allah-mu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu… kasihilah sesama-mu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:37,39). Semua titah Allah kepada umat-Nya sebenarnya diringkas dalam dua hukum tersebut: Kasih kepada Allah dan kepada sesamanya.

Tentu.. hanya seorang kristiani yang mau mengasihi Allah dengan sungguhlah, yang akan memiliki moral cerah dan akalnya tidak salah kaprah, karena dicerahi oleh Allah. Hidup kita dikendalikan oleh kasih Allah, berlaku mencerminkan karakter Allah. Tidak berhenti di situ, kasih kepada Allah ternyata juga menuntut kita untuk mengasihi sesama kita, bahkan seperti diri kita sendiri. Saudara dan saya pasti tidak menolak untuk setuju bahwa kita mengasihi diri kita dengan begitu rupa (merawat, menghormati, mengagumi) karena kita mengakui bahwa diri kita adalah manusia, makhluk yang dicipta dan di install dengan karakter Moral dan rasional yang lua biasa. Bila kita menyadari dan memperlakukan orang lain seperti itu, maka sudah tidak ada lagi tindakan penghancuran terhadap sesama, mengeksploitasi orang sewenang-wenang, dan seambrek kelakuan yang tidak bermoral lain. Bila bang Dul mau menerapkan kedua hukum tersebut, pastilah dia tidak akan menganiaya anak istrinya lagi, memeras mas parno yang berhutang padanya, dan merendahkan para tetangganya…!!

Mengaku sebgai umat Kristiani berarti kita mencerminkan manusia yang manusiawi. Lalu….. apakah saya dan anda sudah berlaku dan bertindak sebagai Kristen yang sejati dan bermanusiawi….???

Rabu, 18 Maret 2009

Menunggu Pagi


Fajar yang memenggal langit hening
Usai dikubur senja tadi
Panas hari nan mencakar wajah bumi pun
Kini telah pupus, memudar hilang
Tanpa jejak, namun hanya bekas nan tersisa
Bekas-bekas perjalanan waktu
Dalam kelamnya malam ini


Sepenggal kisah, kembali tersandar di ujung perenungan
Entah dengan apa kan kututurkan
Tidak ada kata yang kupunya
Hanya keheningan nan terpaut kebisuan mata
Malam ini tidak ada kata demi kata yang dijajar
Hanya penggalan hari
Hanya aku dan penghujung waktu


Apakah diriku telah memahat waktu?
Apakah barisan arti telah kutinggalkan tadi?
Ataukah hanya puing-puing yang coba kusatukan,
Namun tak usai


Apakah keheningan berseteru dengan waktu
Hingga malampun tak sanggup menyuarakan gejolak,
Haruskah kuberi jawab
Ataukah kembali kuberdiam di sudut malam,
Menunggu pagi
Menyuarakan suara jiwaku
Di sinikah, di ujung malam ini
Pagi kan datang menemui kebisuan waktu

Sabda Kalbu Bisu


Malam tersandar di ujung sudut waktu
Langit nan terdiam memaku sunyi dalam dingin
Hanya tersisa getaran angin sayu
Menunggu fajar di lorong malam


Raga lelah membungkus jiwa nan gentar
Memasung air mata dalam serak kata
Menikamkan patahan asa jiwa
Dalam relung kalbu senyap


Aku ingin berkata kepada senyapnya waktu
Dengan kebisuan kata
Aku ingin menyuarakan kebisuan
Dengan suara keheningan jiwa
Aku ingin menitip pahatan asa
Lewat rajutan hari sisaku

Namun di penghujung waktu kini
Aku hanya mampu meremukan debu-debu bisu
Nan tak berdaya tergilas hari
Aku hanya mampu menuntun bayangku
Yang menuntun diriku


Biarlah suara jiwa bergema
Memahatkan keluh hasrat bersatu
Walau langit hanya berdiam
Dan hanya ada kesunyian kalbu
Aku akan tetap bersabda
Menghadirkan kata jiwa nan lesu sedu


Senin, 16 Maret 2009

Resep Awet Waras

“Setiap orang yang mau mengikut Aku ia harus menyangkal dirinya …”

(Matius 16: 25)

jaman saiki jaman edan, lek ora edan, ora bakal keduman,” Demikian tutur Ranngga Warsita menyingkapi kondisi jaman sekarang. Banyak orang menjadi edan (tidak waras), sebab bila tidak ikut edan, maka konsekuensinya adalah tidak akan keduman (dapat bagian). Lalu “Apakah sebagai anak-anak Tuhan, supaya tetap survive, kita juga harus edan? dengan singkat dan lugas, kita pasti menjawab “TIDAK.” Namun, upaya untuk tidak campur baur dengan umat yang ketularan edannya dunia, tentunya tidak tuntas dengan hanya mengatakan “TIDAK.” Tepatnya, bagaimana cara agar tidak ikut edan alias tetap waras?”

Hal awet waras dalam pembicaraan kita kali ini tentunya sedang menunjuk pada waras spritualitasgawe-nya (soalnya, urusan sehat dalam aspek itu para dokter di Puskesmas). Jangan salah ….. orang yang waras fisiknya belum tentu waras jiwanya lho……

Beda antara orang waras dan tidak sebenarnya terletak pada eling (ingat) –nya seseorang terhadap jati dirinya, eksisitensinya sebagai manusia. Tentu dong.. bila dia selalu eling (ingat) terhadap jati dirinya sebagai manusia, ia pasti akan berlaku sebagai manusia: bertutur kata sebagai manusia yanbg bermartabat, mengembangkan welas asih (belas kasih), berbudi pekerti, bahkan berpakain ala manusia (yang waras biasanyanya kan tidak berpakaian yang tidak bertentangan dengan harkat martabatnya, yang pakai baju suaaangat minimmm..... mungkin juga kurang waras he… he….),

Waras ditandai dengan selalu eling (Ingat), lalu bagaimana supaya tetap eling diri? Tuhan Yesus Kristus menyuarkan,” orang yang mau ikut aku haruslah menyangkal dirinya ..,” (Mat. 16: 25). Lho…..apaan kaitan pernyataan ini dengan soal tetap waras diri? Abraham Maslow, berkomentar “bahwa kebutuhan manusia yang tertinggi sebenarnya adalah pengakuan atau ingin diakui.” Nah…bila pengakuan menjadi prioritas tertinggi tentu konsekuensinya adalah “EGO AKU” yang harus diakui dan DIA (Allah) serta KAMU (orang lain) harus ditindas. Kepentingan diri terwujud dan kepentingan orang lain harus sujud. Caranya bisa main srudak-sruduk, gasak teman sendiri, hancurin oran lain, pokoknya DIRIi ini jaya. Bila itu terjadi, lama-lama “Sriatun” atau “Sri utami” yang lugu bisa toh bisa jadi “Srigala” kan? Apa yang seperti itu masih dapat dikatain eling terhadap sifatnya sebagai manusia yang welas dan asih (belas dan kasih).

Nasihat untuk menyangkal diri menolong kita tetap eling terhadap diri kita sebagai manusia? Menyangkal diri tidak bermaksud menyangkal fisik (puasa, mati raga, dll), namun hal ini menyuarakan kepada penyangkalan Ego kita. Konteks nats Matius 16: 25, sedang mengetengahkan episode jalan salib yang akan segera dimulai Yesus. Menyingkapi itu, murid-murid Yesus tidak setuju, dan berharap hal itu tdak terjadi. Yesus membantah tegas, mengatakan bahwa jalan yang IA tempuh tidak hanya menjajikan kemakmuran saja, namun juga mengijinkan salib atau derita. Hal itu hanya bisa dilalui bila seseorang menyangkal dirinya, membuang egonya dan menempatkan Tuhan Yesus sebagai prioritas dan otoritas tertinggi. Pada giliranya Kita akan mampu menyelami bahwa Allah yang berdaulat (bukan ego) kita melakukan apapun demi Dia, untuk kemuliaan-NYa dan bukan demi kepentingan ego kita semata. Akhirnya kita pun akan menghargai sesama, bekerjasama untuk kemuliaan Allah. Itu adalah manusia yang waras: manusia yang hidup demi Allah dan mengasihi sesamanya. Nah…….pertanyaan sekarang, “Apakah kita sudah waras……….?”

Bagi saya spritualitas kekristenan adalah menampilkan kehidupan yang utuh dalam realita sehari-hari sebagai insan ilahi. Senantiasa menyadari fitrah diri sebagai ciptaan sang Ilahi dan mewujudkan laku hidup yang menjiwai fitrahnya, berarti hidup dalam spritualitas sejati.

Memahat Waktu

Bila Tanganku
tak segera rapuh
Akan kupahat waktu
Dengan barisan kataku

Apabila Malam tak berhenti larut
Kuhempaskan tintaku
kan kujajar suara jiwa
Dalam Kanvas waktu

Sejengkal
Dan sebaris
Kata jiwaku
Jiwaku berkata
Untuk waktu

Rabu, 11 Maret 2009

caraka006

Selamat Datang

Hallo semua... Saya senang sekali hari ini sudah bisa memulai sebuah blog yang baru. Harapan saya adalah blog ini dapat menjadi berkat bagi lebih banyak orang di dunia maya ini. Kiraya Tuhan memberkati kita semua.

TONI