Kamis, 27 Agustus 2009


Setapak Jalan
Menghempaskan tatapan kebelakang,
menyimak guratan waktu nan tak terulang,,
bekas-bekas langkah diri masih terpahat di sana
tergeletak usang Dan akan kembali kupahat bersama langkah rapuhku
Jalan setapak hidup,
Dimana Catatan lusuh jiwaku tergeletak
Kau pungut dirku dalam fananya waktu
Dan Kau papah jalanku menyusuri jalanMU Tuhan
Memembagi harapan bagi jiwa nan lelah

Dengan kekuatan diri
Mampukah kulanjutkan langkahku?
Engkau dapat bertanyakan pada debu bisu,
“Di akan menjawabanya, TIDAK.”
Atau mungkin engkau kan mencoba bertutur dengan renungan malam sunyi,
“Hanya kediaman nan kau kan dapati,”
Hanya bantahan keraguan kan kau kegenggam di tanganmu

BIla mampu kutersukan Langkah, ini semua hanya anugerah
tangan-Mu nan tersembunyi dibalik kekuatan fajar,
dan rengkuhan nafas malamlah,
nan memapah jalanku melewati tebing terjal kehidupan
dan Menyeret raga lelah menyusuri jalan pengabdian
meneruskan langkah, menyuarakan sabda harapan bagi jiwa lelah
Mermbagikan seteguk air hidup, bagi mereka nan terpasung air mata sesah

Di atas lutut nan lusuh, ku bersujud
Dalam ucap serak nan terbalut bisunya air mata
Dan dengan kata-kata nan terpasung diam
Aku menghadapkanMu wahai sang penggenggam waktu
Di sana, di dalam bisu suara kalbu ku
Aku mempersembahkan pengabdian jiwaku
Ketika aku Hidup dan ketika nafasku terhempas
Aku kan berdiri disini, di jalan Mu Tuhan